Latest News

Tampilkan postingan dengan label ALAM. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ALAM. Tampilkan semua postingan

Jaga Alam Mulai dari Rumah: 5 Tips Sederhana untuk Lingkungan Lebih Bersih dan Sehat


Jatimku.com, Surabaya – Perubahan iklim, banjir, dan polusi udara kini menjadi isu lingkungan yang semakin dekat dengan kehidupan warga Jawa Timur. Namun, menjaga kelestarian lingkungan tidak harus dimulai dari hal besar. Justru, kebiasaan kecil yang dilakukan konsisten dapat berdampak besar bagi bumi kita.


Berikut 5 tips sederhana untuk menjaga lingkungan, yang bisa langsung dipraktikkan oleh masyarakat Jatim dari rumah masing-masing:


1. Kurangi Penggunaan Plastik Sekali Pakai

Plastik menjadi penyumbang sampah terbesar di sungai dan lautan. Gunakan tas belanja kain, botol minum isi ulang, dan wadah makanan yang bisa dipakai berulang kali. Beberapa daerah di Jatim, seperti Banyuwangi dan Malang, bahkan sudah mulai kampanye bebas plastik.


2. Hemat Air dan Listrik

Matikan keran saat tidak digunakan dan gunakan air seperlunya. Begitu juga dengan listrik—cabut charger yang tidak dipakai dan matikan lampu saat siang hari. Selain hemat biaya, juga mengurangi beban energi.


3. Tanam Pohon atau Tanaman Hias

Menanam pohon atau tanaman di pekarangan rumah bisa meningkatkan kualitas udara dan menjaga kelembapan lingkungan. Bahkan menanam cabai atau tomat dalam pot juga menjadi solusi penghijauan di rumah sempit.


4. Pisahkan Sampah Organik dan Anorganik

Mulai biasakan memilah sampah di rumah. Sampah organik bisa dijadikan kompos, sementara sampah anorganik seperti botol plastik atau kardus bisa dikumpulkan untuk didaur ulang.


5. Gunakan Transportasi Ramah Lingkungan

Jika memungkinkan, gunakan sepeda atau jalan kaki untuk perjalanan dekat. Selain ramah lingkungan, juga menyehatkan tubuh. Gunakan transportasi umum seperti Bus Trans Jatim untuk mengurangi emisi kendaraan pribadi.


Menurut aktivis lingkungan asal Mojokerto, Rina Ayuningtyas, perubahan besar hanya bisa terjadi jika dimulai dari kebiasaan kecil yang dilakukan banyak orang. “Kesadaran kolektif masyarakat Jatim sangat penting. Mulai dari rumah, dari diri sendiri, dan dari sekarang,” ujarnya kepada Jatimku.com.


Dengan kontribusi tiap individu, lingkungan di sekitar kita bisa lebih bersih, sehat, dan berkelanjutan untuk generasi mendatang.


Baca tips lingkungan lainnya di rubrik Jatim Hijau hanya di Jatimku.com!

Gunung Erebus, Gunung Api di Antartika yang Memuntahkan Emas Setiap Hari

 

Antartika – Di tengah suhu beku dan salju abadi, terdapat gunung berapi aktif yang menyimpan keajaiban alam: Gunung Erebus. Terletak di Antartika dan menjadi gunung berapi tertinggi kedua di benua tersebut, Erebus tak hanya terkenal karena
danau lava aktifnya, tetapi juga karena fenomena langka yang mengejutkan—memuntahkan emas setiap hari.

Ditemukan pertama kali oleh Kapten Sir James Clark Ross pada tahun 1841, Erebus mulai aktif kembali pada 1972 dan sejak itu memuntahkan gas panas bersuhu 1.000°C yang mengandung partikel emas mikroskopis berukuran hanya 20 mikrometer.

Dalam sehari, Erebus diperkirakan melepaskan 80 gram debu emas, senilai lebih dari Rp 91 juta. Partikel ini terbawa angin hingga sejauh 900 km dari kawah gunung, menunjukkan betapa kuat dan luas sebarannya.

Ilmuwan menyebut Erebus sebagai salah satu gunung berapi paling unik karena melepaskan gas dan material secara perlahan. Inilah yang memungkinkan kristal emas terbentuk tanpa hancur oleh letusan besar. "Proses ini sangat langka," ujar Conor Bacon dari Columbia University.

Fenomena ini menunjukkan bahwa bahkan di tempat paling ekstrem sekalipun, alam semesta mampu menciptakan keajaiban yang menakjubkan.



Strawberry Moon 2025: Fenomena Langit Langka Siap Hiasi Langit Indonesia 11 Juni


Jatimku.com – Langit Indonesia kembali akan dihiasi oleh fenomena langit langka: Strawberry Moon. Bulan purnama yang muncul setiap bulan Juni ini diperkirakan mencapai puncak iluminasi pada 11 Juni 2025 pukul 14.44 WIB. Meski begitu, waktu terbaik untuk menyaksikannya adalah pada 10 Juni saat senja, ketika bulan baru saja terbit di ufuk timur.

Meski namanya terdengar manis, Strawberry Moon tidak berarti bulan akan berwarna merah muda. Nama ini berasal dari suku Algonquin di Amerika Utara, yang mengaitkan kemunculan bulan purnama bulan Juni dengan musim panen stroberi liar. Di berbagai belahan dunia, fenomena ini juga dikenal dengan nama lain seperti Rose Moon di Eropa atau Blooming Moon dalam budaya suku asli Amerika.

Tahun ini, Strawberry Moon tergolong istimewa karena akan berada di posisi terendahnya dalam hampir dua dekade, akibat fenomena langka bernama major lunar standstill, yang hanya terjadi setiap 18,6 tahun. Selain itu, akan terjadi okultasi Antares, di mana bintang terang Antares akan tampak tertutup oleh bulan – sebuah pemandangan yang sangat jarang terjadi.

Untuk pengalaman terbaik, para pengamat langit disarankan mencari lokasi bebas polusi cahaya seperti pedesaan, perbukitan, atau dataran tinggi. Bulan akan tampak lebih besar dan berwarna kemerahan saat terbit – efek dari hamburan cahaya melalui atmosfer bumi.

Tak hanya cantik, Strawberry Moon juga sarat makna. Dalam berbagai budaya, bulan ini dipercaya sebagai simbol kesuburan, keberuntungan, dan pembaruan hidup. Bahkan, momen ini sering dipilih sebagai waktu untuk mengadakan pernikahan atau ritual penyembuhan spiritual.

Jadi, jangan lewatkan kesempatan langka ini. Tandai kalender Anda dan siapkan kamera – karena langit akan kembali menampilkan pertunjukan alam yang penuh keajaiban.


Fenomena Langit Strawberry Moon Siap Hiasi Langit Indonesia pada 10 - 11Juni 2025


Fenomena Langit Strawberry Moon Siap Hiasi Langit Indonesia pada 10 - 11 Juni 2025

Jatimku.com – Langit malam Indonesia akan dihiasi pemandangan langka dan memesona pada Selasa malam, 10 Juni 2025, saat fenomena alam Strawberry Moon mencapai puncaknya. Meski terdengar manis, "Strawberry Moon" bukan berarti bulan akan tampak merah muda, melainkan mengacu pada bulan purnama yang terjadi di bulan Juni, yang sarat makna budaya dan sejarah.

Menurut laporan dari Live Science, puncak bulan purnama akan terjadi pada Rabu, 11 Juni 2025 pukul 03.45 waktu EDT atau sekitar pukul 14.45 WIB. Namun, karena terjadi pada siang hari waktu Indonesia, waktu terbaik untuk menyaksikan keindahan Strawberry Moon adalah pada malam sebelumnya, yakni Selasa, 10 Juni 2025 saat bulan mulai terbit di langit senja.

Beberapa sumber juga menyebutkan, fenomena ini masih bisa dinikmati hingga dini hari 12 Juni 2025, tergantung kondisi cuaca dan lokasi pengamatan.

Asal Usul Nama 'Strawberry Moon'

Istilah Strawberry Moon berasal dari tradisi suku asli Amerika, khususnya suku Algonquin, yang menamai bulan purnama pada bulan Juni berdasarkan musim panen stroberi liar yang hanya berlangsung singkat.

Meski namanya mengesankan warna merah muda, bulan tetap tampak seperti purnama biasa, kadang terlihat oranye atau kemerahan saat terbit dan terbenam karena efek atmosfer Bumi.

Menurut NASA, penamaan ini muncul dalam Almanak Petani Amerika sejak 1930-an dan digunakan untuk menandai pergantian musim dan aktivitas pertanian. Di berbagai budaya, bulan purnama bulan Juni juga dikenal dengan nama lain seperti Honey Moon, Mead Moon, atau Rose Moon.

Bukan Sekadar Nama, Tapi Juga Momen Langka

Tahun ini, Strawberry Moon memiliki nilai tambah karena berdekatan dengan titik balik matahari musim panas (summer solstice) di belahan bumi utara—hari terpanjang dalam setahun. Kombinasi dua fenomena ini dikenal cukup langka dan hanya terjadi sekitar setiap 19–20 tahun sekali.

Beberapa waktu lalu, fenomena serupa bahkan pernah diabadikan oleh astronot NASA dari Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS), menunjukkan betapa istimewanya momen ini bagi pengamat langit di seluruh dunia.

Kapan dan Bagaimana Menyaksikannya?

Dilansir dari Kompas.com, bulan mulai terlihat saat terbit di langit senja, sekitar pukul 18.00–19.00 waktu setempat, tergantung wilayah masing-masing. Pengamat disarankan memilih lokasi yang minim polusi cahaya dan memiliki cakrawala terbuka ke arah timur agar bisa menyaksikan purnama secara utuh.

Cuaca juga akan menjadi faktor penentu. Jika langit cerah, masyarakat bisa menikmati bulan purnama dalam bentuknya yang paling sempurna—bulat, terang, dan menggantung megah di langit malam.

Meski secara astronomi Strawberry Moon tidak berbeda dengan bulan purnama lain, keunikan namanya dan momentum tahunan yang jarang membuatnya selalu dinanti para pencinta astronomi dan pecinta langit.