Jatimku.com, – Di tengah dinamika politik dan birokrasi yang kian kompleks, gaya kepemimpinan di tingkat daerah menjadi sorotan penting. Banyak kepala daerah yang tampil mengesankan dengan pidato yang kuat dan visi strategis. Namun, publik kini menuntut lebih dari sekadar kata-kata—mereka ingin tindakan nyata.
Sosok seperti Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, menjadi contoh menarik. Baru-baru ini, ia menginisiasi retret ASN di lingkungan Pemkot Malang selama tiga hari di Poltekad, Kota Batu. Kegiatan itu disebutnya mirip dengan latihan kepemimpinan yang ia alami di Akademi Militer. Tujuannya bukan sekadar pembinaan, melainkan menanamkan kembali nilai integritas, disiplin, dan pelayanan publik.
Langkah Wahyu menggarisbawahi bahwa kepemimpinan tidak hanya soal visi, tetapi juga transformasi perilaku birokrasi. Hal serupa juga terlihat pada Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, yang dikenal aktif mengajak warga berdialog langsung soal anggaran dan kebijakan lewat forum terbuka.
Namun, tidak semua kepala daerah mampu menerjemahkan idealisme menjadi implementasi. Masih ditemukan birokrasi lamban, pelayanan publik minim inovasi, hingga minimnya transparansi anggaran.
Dalam forum Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC) di Jakarta baru-baru ini, Presiden Prabowo Subianto bahkan menekankan pentingnya pemimpin yang meneladani Umar bin Khattab. Sosok khalifah tersebut dikenal tegas, adil, dan tidak segan menghukum aparat yang lalai.
"Teladan Umar bin Khattab adalah panggilan untuk bertindak, bukan sekadar berwacana," tegas Prabowo.
Pernyataan ini menjadi cermin bagi para pemimpin daerah agar menjadikan nilai keteladanan sebagai dasar langkah nyata. Publik tidak lagi terkesan pada citra, tetapi pada perubahan riil yang mereka rasakan di pelayanan, pembangunan, dan kehidupan sehari-hari.
Gaya kepemimpinan yang ideal bukan hanya soal tampil di podium, tetapi turun ke lapangan, mendengar, bertindak, dan berani bertanggung jawab.