Jatimku.com — Malang, Debat yang tak terduga terjadi antara Dedi Mulyadi, mantan anggota DPRD Jawa Barat, dengan seorang remaja yang baru-baru ini viral setelah menyampaikan pendapat tentang wisuda sekolah. Kejadian ini memicu perhatian publik dan menjadi perbincangan hangat di media sosial.
Kejadian tersebut bermula saat remaja tersebut mengunggah video viral yang menanggapi fenomena wisuda sekolah yang dianggapnya terlalu berlebihan dan tidak relevan. Dalam video tersebut, remaja ini menilai bahwa wisuda sekolah, khususnya pada tingkat SMA dan SMP, lebih terkesan sebagai acara seremonial yang menghabiskan anggaran tanpa memberikan dampak nyata pada perkembangan pendidikan siswa.
Tak lama setelah video itu viral, Dedi Mulyadi yang dikenal dengan pandangan kritisnya terhadap dunia pendidikan, menanggapi hal tersebut. Dalam sebuah acara diskusi publik, Dedi mengundang remaja tersebut untuk berdialog langsung, membahas pro dan kontra mengenai tradisi wisuda di Indonesia.
Dalam debat yang berlangsung cukup seru, Dedi Mulyadi menyampaikan bahwa wisuda adalah simbol penghargaan atas pencapaian pendidikan dan merupakan bagian penting dalam proses pembentukan karakter siswa. “Wisuda bukan hanya soal acara besar, tapi juga memberi makna bahwa setiap anak muda telah berhasil melewati tahap penting dalam kehidupan mereka. Ini adalah bentuk penghargaan terhadap usaha dan perjuangan mereka,” jelas Dedi Mulyadi.
Namun, remaja yang berusia 17 tahun itu tetap mempertahankan pandangannya. Ia menekankan bahwa dalam konteks pendidikan Indonesia, banyak siswa yang belum sepenuhnya mendapatkan pengalaman pendidikan yang memadai. “Wisuda seharusnya menjadi simbol dari pencapaian yang sesungguhnya. Jika kita melihat banyaknya siswa yang belum siap menghadapi dunia kerja, maka acara wisuda sebaiknya dievaluasi ulang," ujarnya.
Debat ini tidak hanya menarik perhatian publik, tetapi juga membuka ruang untuk diskusi lebih dalam tentang kualitas pendidikan di Indonesia dan bagaimana cara tradisi akademik, seperti wisuda, dapat lebih relevan dengan kebutuhan zaman. Meskipun terdapat perbedaan pendapat, keduanya sepakat bahwa pendidikan harus terus berkembang agar mampu mempersiapkan generasi muda untuk tantangan masa depan.
Pihak yang hadir dalam acara tersebut turut memberikan dukungan terhadap dialog ini. Mereka berharap, ke depan, acara wisuda dan kegiatan pendidikan lainnya bisa lebih bermakna dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Sebagai catatan, meskipun debat ini berlangsung seru, keduanya mengakhiri perbincangan dengan saling menghormati pandangan masing-masing, menunjukkan bahwa perbedaan pendapat adalah hal yang wajar dalam proses pembelajaran.