Musala 4 Lantai di Ponpes Al-Khoziny Sidoarjo Roboh, 3 Santri Tewas

Table of Contents


Jatimku.com, Sidoarjo - Musibah memilukan menimpa Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin, 29 September 2025. Sebuah musala empat lantai di kompleks pesantren roboh saat digunakan ratusan santri untuk salat Ashar berjemaah, sekitar pukul 15.35 WIB. 

Baca juga : Update Tragedi Ponpes Al-Khoziny: 5 Santri Meninggal, Ini Daftar Namanya

Tragedi ini menyebabkan tiga santri meninggal dunia, puluhan lainnya luka-luka, dan beberapa santri masih  dalam pencarian di bawah reruntuhan.

Menurut Ketua RT 07 RW 03 Buduran, Munir, beberapa santri sempat merasakan getaran sebelum musala ambruk. Tak lama kemudian, terdengar suara gemuruh keras seperti gempa bumi, dan bangunan runtuh secara tiba-tiba.

Setelah kejadian, tim SAR gabungan dari Basarnas, BPBD, Polri, dan relawan segera melakukan evakuasi. Delapan korban berhasil diselamatkan dari puing, sementara 91 orang berhasil menyelamatkan diri secara mandiri.

Data Korban Terkini:

  • Total korban terdampak: 100 santri
  • Korban selamat: 99 orang
  • Korban meninggal dunia: 3 santri, termasuk Maulana Affan Ibrahimavic dan Muhammad Soleh
  • Korban luka-luka: Puluhan santri, sebagian dirawat di RSUD R. T. Notopuro Sidoarjo
  • Dalam pencarian: Beberapa santri masih belum ditemukan
Direktur RSUD R. T. Notopuro, Atok Irawan, menyebut 7 korban masih dirawat, 31 sudah pulang, dan dua orang meninggal saat penanganan medis. Proses pencarian korban masih berlanjut hingga Rabu, 1 Oktober 2025.

Baca juga : 5 Fakta Atap SMKN 1 Cileungsi Bogor Ambruk, 31 Orang Jadi Korban

Pengasuh Ponpes Al-Khoziny, KH Abdul Salam Mujib, menyatakan bahwa musibah ini adalah takdir Allah. Namun, secara teknis, penopang bangunan dan pondasi diduga tidak cukup kuat menahan beban struktur empat lantai.

Pihak berwenang akan melakukan investigasi mendalam untuk memastikan penyebab pasti runtuhnya bangunan. Evaluasi terhadap struktur bangunan pesantren lain juga diharapkan segera dilakukan guna mencegah kejadian serupa.

Basarnas menyatakan bahwa tim gabungan bekerja maksimal untuk menemukan korban yang masih terjebak. Proses evakuasi diperkirakan akan memakan waktu karena kompleksitas reruntuhan.

Masyarakat dan komunitas pesantren berharap seluruh korban segera ditemukan. Tragedi ini juga menjadi peringatan penting agar aspek keamanan bangunan keagamaan dan pendidikan lebih diperhatikan ke depan.