Wakil Kepala BGN Menangis Saat Minta Maaf atas Kasus Keracunan MBG

Table of Contents


Jatimku.com - Jakarta. Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S. Deyang, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka atas insiden keracunan massal yang terjadi akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG). Dalam konferensi pers yang digelar pada Jumat, 26 September 2025, Nanik tak kuasa menahan tangis saat menjelaskan tanggung jawab lembaganya atas peristiwa yang melukai ribuan anak sekolah di berbagai daerah di Indonesia.

Baca juga : Rentetan Kasus Siswa Diduga Keracunan Makanan di Sekolah dalam Sepekan Terakhir

"Dari hati saya yang terdalam saya mohon maaf, atas nama BGN atas nama seluruh SPPG di Indonesia, saya mohon maaf, saya seorang ibu melihat gambar gambar di video sedih hati saya," kata Nanik saat konferensi pers, Jumat (26/9/2025).

Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan sebagai upaya meningkatkan kualitas gizi pelajar ternyata menimbulkan dampak negatif akibat kelalaian dalam pelaksanaan. Data terbaru dari BGN mencatat sebanyak 5.914 anak mengalami keracunan setelah mengonsumsi makanan dari dapur MBG di berbagai wilayah.

Berdasarkan data per 25 September 2025, korban keracunan tersebar di tiga wilayah besar:

  • Wilayah I (Sumatra): 1.307 orang (9 kasus)
  • Wilayah II (Jawa): 3.610 orang (41 kasus)
  • Wilayah III (Kalimantan, Sulawesi, Indonesia Timur): 997 orang (20 kasus)

Dari sisi jumlah kasus, wilayah Jawa menjadi penyumbang terbanyak dengan 41 kasus, disusul wilayah timur dengan 20 kasus, dan Sumatra dengan 9 kasus.

Baca juga : Anggaran Program MBG Melonjak Jadi Rp 300 Triliun pada 2026

Dalam penjelasannya, Nanik mengungkapkan bahwa hasil investigasi internal BGN menunjukkan sekitar 80 persen kasus keracunan disebabkan oleh ketidakpatuhan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP). Hal ini terjadi baik di tingkat mitra penyedia makanan maupun tim internal BGN.

Namun, Nanik juga menjelaskan bahwa tidak semua kasus keracunan disebabkan oleh makanan yang tercemar. Sebagian anak mengalami reaksi alergi atau gangguan pencernaan karena faktor lain, seperti kebersihan dan penyimpanan makanan yang tidak sesuai standar.

Sebagai langkah tanggap darurat, BGN telah menghentikan sementara distribusi makanan dari dapur MBG di wilayah-wilayah terdampak. Pemerintah juga tengah mengaudit seluruh dapur penyedia makanan untuk memastikan standar gizi, keamanan pangan, serta kebersihan dipenuhi secara menyeluruh.

Insiden ini menjadi pelajaran penting dalam pelaksanaan program berskala nasional yang menyangkut kesehatan anak-anak. Pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah serius agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan.