Viral Dokter Serukan ‘Darurat Seblak’, Pasien Alami Radang Lambung
Jatimku.com – Jakarta. Fenomena kuliner pedas kembali jadi sorotan setelah cerita seorang dokter asal Bandung, dr Mariska Haris, viral di TikTok. Ia menangani pasien berusia 21 tahun yang mengalami radang lambung (gastritis erosif) usai kebiasaan makan seblak setiap hari, bahkan sampai dua kali sehari.
Baca juga : 5 Tips Gaya Hidup Sehat dan Seimbang untuk Warga Jawa Timur di Era Modern
Pasien tersebut datang dengan keluhan demam, batuk, mual, muntah, sakit perut, hingga kehilangan nafsu makan selama sepekan terakhir. Setelah dirawat, kondisi pasien berangsur membaik.
“Alhamdulilah diobservasi di saya 14 jam, sudah sehat bisa makan dan sudah pulang,” ucap dr Mariska saat dihubungi wartawan, Kamis (4/8/2025).
Menurut dr Mariska, risiko utama seblak berasal dari bahan olahan beku seperti kerupuknya. Ia menyarankan agar masyarakat lebih bijak dalam memilih topping.
Ia menegaskan, “Paling seblak boleh lah satu minggu sekali atau dua kali saja, dan tentu saja makan nasi tetap yang utama.”
Menurut dr Tan Shot Yen, ahli gizi, masalah utama seblak justru terletak pada bahan dasarnya, yakni kerupuk.
“Masalah seblak ini kan ada di bahan utamanya, kerupuk. Kerupuk bukan hanya terbuat dari tepung yang miskin gizi, tetapi juga tinggi garam,” ucap dr Tan saat dihubungi wartawan, Kamis (4/9/2025).
Ia melanjutkan, “Konsumen seblak biasanya juga bukan pemakan menu sehat. Jadi akumulasi pangan amburadul membuat masalah gizi jangka panjang.”
Baca juga : 5 Tips Agar Terus Sehat Sampai Tua
Spesialis penyakit dalam, dr Aru Ariadno, SpPD, juga menyoroti bahwa seblak mengandung banyak kalori, lemak, serta garam yang dapat mengganggu kesehatan bila dikonsumsi terlalu sering.
Ia menambahkan, “Sehingga bisa meningkatkan risiko obesitas, penyakit jantung, hipertensi, kolesterol dan gangguan pencernaan.”
Gastritis adalah peradangan pada lapisan pelindung lambung. Pada kasus pasien yang ditangani dr Mariska, ia mengalami gastritis erosif, kondisi ketika lapisan lambung rusak hingga menimbulkan luka.
Ia menekankan, “Makan seblak yang berlebihan apalagi disertai dengan kondisi bumbu yang terlalu pedas atau saat makan kondisi dinding lambung sedang dalam keadaan tidak baik-baik, maka kemungkinan terjadinya gastritis erosif dapat terjadi.”
Para dokter sepakat bahwa seblak tidak dilarang sama sekali, namun konsumsinya harus dibatasi. Kunci utamanya adalah makan dengan porsi wajar dan tetap mengutamakan nutrisi seimbang.
Dengan begitu, masyarakat bisa tetap menikmati cita rasa pedas khas seblak tanpa harus khawatir dengan ancaman penyakit lambung. Dengan gaya hidup sehat, penggemar seblak bisa tetap menikmatinya, asal ingat pesan dokter: “Makan boleh, tapi jangan berlebihan.”