Film Animasi Merah Putih: One for All Diterpa Kritik Soal Penggunaan Aset Murah
Sejumlah warganet membagikan tangkapan layar perbandingan karakter film dengan model 3D yang tersedia di toko aset tersebut. Beberapa di antaranya terlihat identik dengan karya desainer luar negeri, seperti Jayden buatan Junaid Miran, Tommy dari Chihuahua Studios, serta Ned dan Francis yang bisa langsung dibeli di Reallusion. Harga per item disebut hanya sekitar USD 43,50 atau setara Rp 700 ribu.
Temuan ini memicu gelombang kritik, terlebih setelah muncul kabar bahwa anggaran produksi film mencapai Rp 6,7 miliar. Banyak netizen yang mempertanyakan transparansi biaya produksi dan menyoroti ketidaksesuaian gaya visual antar karakter (artstyle mismatch), yang dianggap membuat kualitas animasi terasa tidak konsisten.
"Anggaran 6M, modal produksinya paling nggak sampai 100 juta, animasi beli template 10–20 dolar per item ditempel-tempel doang," tulis salah satu komentar netizen. Ada juga yang menyebut perbedaan artstyle membuat film terasa seperti gabungan berbagai proyek yang tak terhubung secara visual.
Nama Junaid Miran, desainer 3D asal Pakistan, ikut terseret dalam perbincangan ini. Melalui akun YouTube-nya, Miran mengaku tidak menerima bayaran secara langsung dari pihak Indonesia, meski aset karakternya digunakan. Ia dikenal menjual paket karakter bergaya kartun seperti The Smiths Family dan 3D Stylized Toon Girls dengan harga terjangkau di Reallusion.
Kritik semakin keras karena film ini membawa label nasionalis dan dijadwalkan rilis bertepatan dengan momen Hari Kemerdekaan RI. Bagi sebagian warganet, penggunaan aset impor murah untuk karya yang mengusung semangat nasionalisme dianggap ironi.
Hingga berita ini diturunkan, pihak Perfiki Kreasindo selaku rumah produksi belum memberikan keterangan resmi. Publik masih menunggu penjelasan terkait tudingan ini, sementara perbincangan di media sosial terus memanas jelang perilisan film.