Guru KB/TK An Nur Upgrade Diri, Menjadi Penggerak Lahirnya Generasi Masa Depan Gemilang
Malang - Kesadaran bahwa masa depan bangsa dibangun sejak usia dini mendorong para guru KB TK An Nur Sawojajar Kota Malang untuk terus melakukan upgrade diri. Hal ini tergambar dalam kegiatan penguatan kapasitas guru dengan tema “Guru Itu Sosok Sang Penggerak Masa Depan Gemilang” yang menghadirkan oleh Kepala Lembaga Amil Zakat Nasional YDSF Cabang Malang, M. Fandi Bakhtiar, S.Pd. sebagai pembicara utama (27/12/2025).
Kegiatan ini menegaskan bahwa guru bukan sekadar pengajar di ruang kelas, melainkan sosok kunci yang menentukan arah masa depan anak-anak. Terlebih pada jenjang KB dan TK, guru adalah figur pertama di luar keluarga yang membentuk karakter, cara berpikir, dan rasa percaya diri peserta didik.
Dalam pemaparannya, Kepala YDSF Cabang Malang menyampaikan bahwa investasi terbaik untuk melahirkan generasi unggul adalah memastikan para gurunya terus bertumbuh bukan hanya secara kompetensi, tetapi juga secara nilai dan keteladanan.
“Anak-anak KB dan TK hari ini adalah pemimpin, inovator, dan penentu arah bangsa di masa depan. Maka guru harus lebih dulu naik kelas, agar anak-anak bisa melesat lebih jauh,” tegasnya.
Tema yang diusung menempatkan guru sebagai penggerak aktif, bukan sekadar pelaksana kurikulum. Guru memiliki peran strategis untuk menyalakan mimpi, menumbuhkan akhlak, serta membentuk karakter sejak usia emas.
Dalam sesi pamungkas, disampaikan tiga jurus utama menjadi guru penggerak, yang menjadi fondasi lahirnya peserta didik dengan masa depan gemilang:
1. Guru Harus Memiliki Noble Purpose
“Jika seorang guru memiliki noble purpose, maka lelah berubah menjadi lillah, dan tantangan menjadi ladang pahala,” ungkapnya.
Dengan tujuan mulia, guru tidak mudah menyerah, tidak sekadar menggugurkan kewajiban, tetapi benar-benar hadir untuk menumbuhkan potensi terbaik setiap anak.
2. Guru Harus Mengajar dengan Hati
Ilmu akan mudah diterima ketika disampaikan dengan cinta. Guru KB dan TK dituntut bukan hanya cakap secara akademik, tetapi juga mampu menghadirkan kehangatan, empati, dan kesabaran.
Mengajar dengan hati berarti memahami dunia anak, mendengarkan dengan tulus, serta menciptakan ruang belajar yang aman dan menyenangkan.
“Anak-anak mungkin lupa apa yang diajarkan, tetapi mereka tidak akan lupa bagaimana guru membuat mereka merasa dihargai dan dicintai,” tambahnya.
3. Guru Harus Menjadi Contoh Keteladanan
Anak usia dini belajar paling kuat melalui meniru. Oleh karena itu, guru adalah role model hidup mulai dari cara berbicara, bersikap, hingga cara menghadapi masalah.
Keteladanan guru akan tertanam jauh lebih dalam dibandingkan nasihat panjang. Guru yang jujur, disiplin, santun, dan penuh kasih akan melahirkan murid dengan karakter yang sama.
Kegiatan ini menjadi momentum refleksi bahwa memajukan pendidikan anak usia dini harus dimulai dari memuliakan dan menguatkan gurunya. Upgrade diri guru bukan pilihan, melainkan kebutuhan agar pendidikan benar-benar melahirkan generasi berdaya saing, berakhlak, dan berorientasi masa depan.
Para guru KB TK An Nur menyambut kegiatan ini dengan antusias. Mereka menilai materi yang disampaikan tidak hanya memperkaya wawasan, tetapi juga menguatkan kembali makna pengabdian sebagai pendidik.
Dengan semangat guru sebagai Sang Penggerak, KB TK An Nur meneguhkan komitmennya untuk terus melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas, tetapi juga berkarakter dan siap meraih masa depan gemilang.

