Korban Banjir dan Longsor di Sumatera Terus Bertambah, Indonesia Hadapi Krisis Kemanusiaan Besar
Jatimku.com – Malang, 9 Desember 2025 - Bencana banjir dan longsor yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera kembali memakan korban jiwa. Hingga Selasa (9/12/2025), jumlah korban tewas terus bertambah seiring proses evakuasi yang masih berlangsung di lapangan. Laporan terbaru otoritas kebencanaan menyebutkan korban meninggal telah mencapai lebih dari 700 jiwa, sementara ribuan warga mengalami luka-luka dan ratusan lainnya masih dinyatakan hilang.
Curah hujan ekstrem yang mengguyur dalam beberapa hari terakhir memicu banjir bandang dan longsor di kawasan perbukitan serta pemukiman padat penduduk. Banyak desa terisolasi akibat akses jalan yang tertutup material longsor, menyulitkan tim SAR gabungan untuk menjangkau titik-titik terdampak.
BNPB menyebut bencana ini sebagai salah satu krisis kemanusiaan terbesar di Sumatera dalam beberapa tahun terakhir. Selain menelan korban jiwa, banjir juga menyebabkan jutaan penduduk terdampak secara langsung maupun tidak langsung. Ribuan orang terpaksa mengungsi ke lokasi aman karena rumah mereka rusak berat atau hanyut terbawa arus.
Tim gabungan dari TNI, Polri, Basarnas, BNPB, serta relawan terus berupaya mengevakuasi korban, membuka akses jalan, dan menyalurkan logistik bantuan berupa makanan siap saji, air bersih, selimut, hingga perlengkapan medis. Namun, kondisi cuaca yang tidak menentu menjadi tantangan serius bagi upaya penyelamatan.
Para ahli menilai bencana ini tidak hanya dipicu oleh cuaca ekstrem, tetapi juga kerusakan lingkungan, terutama deforestasi dan pengelolaan daerah aliran sungai yang kurang optimal. Situasi ini memperburuk potensi banjir dan longsor di berbagai kawasan rentan.
Pemerintah pusat mengimbau masyarakat luas untuk turut membantu korban bencana melalui penggalangan dana, bantuan logistik, atau dukungan relawan. Berbagai lembaga kemanusiaan nasional dan internasional juga telah membuka posko donasi untuk mempercepat pemulihan.
Tragedi banjir besar di Sumatera ini menjadi pengingat pentingnya mitigasi bencana jangka panjang, penguatan tata kelola lingkungan, dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi perubahan iklim yang semakin ekstrem.
