Tiktok Lebih Adiktif dari Instagram? Ini Rahasia di Balik Algoritmanya

Table of Contents

 


Jatimu.com - TikTok berkembang pesat menjadi media sosial yang sangat populer, bahkan tingkat kecanduannya mungkin sudah melebihi Instagram. Dalam studi di Amerika Serikat, sebanyak 75% mahasiswa menggunakan TikTok setiap hari, dengan waktu interaksi rata-rata 95 menit per hari, melampaui Instagram (51 menit) dan Snapchat (49 menit).

Baca juga : 5 Tips Teknologi yang Bikin Hidup Lebih Praktis dan Aman di Era Digital

Apa faktornya? Studi Baylor University menyebut Instagram lebih bersifat personal. Pengguna mengunggah foto dan berinteraksi di lingkaran pertemanan yang lebih dekat. Sementara video di TikTok yang dibagikan sering kali ke orang asing dengan jangkauan yang lebih luas dengan tujuan utama untuk menghibur.

Pengguna TikTok pun menonton banyak video pendek yang memberi dorongan untuk terus-menerus menonton. Dalam penelitian tersebut, pengguna TikTok melaporkan bahwa mereka lebih cenderung lupa hari dan menghabiskan lebih banyak waktu daripada yang mereka inginkan.

Menurut laporan mereka juga terlalu asyik menggulir video sehingga terus lanjut menggulir meskipun ada konsekuensi negatifnya. Media sosial tentu bisa menjadi sarana untuk menghilangkan stres dan sebagai hiburan, namun jika digunakan secara berlebihan tentu tidak baik.

"Sangat mungkin bahwa keterlibatan dalam dunia yang diciptakan oleh pengalaman media sosial menggantikan hubungan interpersonal yang lebih bermakna dan dekat, yang menjadi sandaran kesejahteraan psikologis kita," cetus peneliti Universitas Baylor, Meredith E. David, Ph.D.

Baca juga : 5 Tips Cerdas Memanfaatkan Teknologi untuk Kehidupan Sehari-hari, Warga Jatim Wajib Tahu!

Kunci keberhasilan TikTok dinilai adalah siklus video berdurasi pendek yang tidak ada habisnya, berlangsung sekitar 15-60 detik. Meskipun tidak diungkap, algoritma TikTok didesain agar membuat orang menggemarinya.

Dikutip dari detikNET dari Health Tech Digital, konten di TikTok ditujukan untuk tiap individu. Like, komentar, waktu tonton, dan berbagai semuanya masuk ke dalam algoritma rekomendasi, yang kemudian mengevaluasi seberapa cocok video tersebut bagi setiap pengguna. Proses ini menawarkan rangkaian konten yang sedang tren dan membuatnya adiktif. 

TikTok juga menghadirkan FYP yang mencerminkan preferensi unik bagi setiap pengguna, menciptakan hubungan pribadi natra pemirsa dan aplikasi. Hal ini berbeda dari platform media sosial lainnya seperti Instagram, X, dan Facebook.

Kemudian, tidak ada waktu tunggu di antara setiap video, yang perlu dilakukan pengguna hanyalah menggeser untuk menonton video berikutnya. Hal itu yang membuat kecanduan dan berkontribusi pada jumlah waktu yang dihabiskan pengguna di aplikasi.

Ini sangat berbeda dengan platform seperti YouTube misalnya, di mana pengguna seringkali menonton video yang berdurasi lebih panjang dan berisi iklan. Tak heran jika YouTube, Instagram, sampai Facebook berlomba pula menghadirkan video pendek seperti TikTok.