JAKARTA – JATIMKU.COM | Berjuang hidup di Jakarta bukan perkara mudah, apalagi dengan uang hanya Rp250 ribu. Itulah kenyataan pahit yang dialami seorang perempuan muda perantau yang kini kisahnya viral di media sosial. Akibat keterbatasan ekonomi, ia harus mengandalkan mi instan dan nasi sebagai makanan pokok selama lebih dari satu tahun. Kini, ia harus menjalani cuci darah seumur hidup akibat gagal ginjal.
Kisah ini menyita perhatian publik setelah dibagikan oleh salah satu akun Instagram gosip pada Selasa (3/6/2025). Dalam unggahan itu, perempuan tersebut mengaku terpaksa mengonsumsi mi instan setiap hari, kadang hanya dicampur nasi putih, karena itulah satu-satunya makanan yang bisa ia beli. Sesekali, jika ada uang lebih, ia menyisihkan untuk membeli gorengan atau kerupuk.
“Saya nggak mikirin gizi, yang penting bisa makan dan nggak pingsan,” begitu narasi yang tercantum dalam video unggahan tersebut.
Dari Pegal Hingga Divonis Gagal Ginjal
Gejala awal yang ia rasakan cukup ringan: pegal di kaki, nyeri sendi, dan kaku di lutut setiap pagi. Namun, setelah gejala itu berlangsung selama enam bulan tanpa henti, ia akhirnya memutuskan untuk memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya sungguh mengejutkan — ginjalnya rusak parah dan ia didiagnosa mengalami gagal ginjal stadium lanjut.
Kini, perempuan tersebut harus menjalani cuci darah secara rutin untuk tetap hidup. Dokter menyebutkan, kondisi ginjalnya tak dapat lagi berfungsi optimal akibat kerusakan jangka panjang yang kemungkinan besar dipicu oleh pola makan rendah gizi dan tinggi natrium.
Mi Instan: Murah, Praktis, Tapi Penuh Risiko Jika Dikonsumsi Berlebihan
Para ahli kesehatan menegaskan bahwa mi instan bukan penyebab langsung gagal ginjal, namun konsumsi yang terlalu sering, apalagi tanpa asupan gizi tambahan, bisa memicu gangguan kesehatan serius. Kandungan garam, pengawet, dan lemak jenuh dalam mi instan bisa berdampak buruk jika dikonsumsi jangka panjang.
“Kandungan natrium yang tinggi bisa menyebabkan hipertensi, dan tekanan darah tinggi adalah salah satu penyebab utama kerusakan ginjal,” ujar seorang ahli gizi.
Mi instan juga rendah serat dan vitamin, serta mengandung zat aditif yang sebaiknya tidak dikonsumsi dalam jumlah berlebihan.
Kemiskinan dan Gizi Buruk: Lingkaran Setan yang Mematikan
Kisah ini mencerminkan kenyataan pahit masyarakat urban miskin, yang kerap terjebak dalam pilihan antara makan seadanya atau tidak makan sama sekali. Gizi bukan lagi prioritas, melainkan bertahan hidup dari hari ke hari.
Kondisi ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan masyarakat akan pentingnya akses pangan sehat yang terjangkau bagi semua kalangan, terutama warga berpenghasilan rendah.