Mencoba memahami sebuah konsep hidup dan berkarya sebagai persembahan kepada Sang Pencipta.Ketika mendengarkan lagu-lagu dalam album ini, pendengar akan dibawa ke suasana yang berbeda. Hal ini terjadi karena pemilihan tuning yang digunakan adalah 432 Hz, yang sering disebut sebagai miracle music, sacred tuning, atau sound healing music. Banyak musisi klasik seperti Beethoven hingga musisi populer seperti The Beatles, Bob Marley, Jimi Hendrix, dan Gombloh menggunakan tuning 432 Hz.
Sementara itu, standar tuning 440 Hz baru ditetapkan pada tahun 1950-an dan dikonfirmasi sebagai standar industri musik pada tahun 1975 demi tujuan globalisasi. Jokotebon Berbudi memilih kembali ke tuning 432 Hz sebagai upaya kembali ke akar dan menghadirkan nuansa berbeda dalam musik mereka.
Jokotebon Berbudi adalah kolaborasi dua seniman, Lukman dan Budi, yang dipertemukan di Tumpang, Malang. Mereka memutuskan untuk berkarya bersama dalam sebuah album musik yang menjadi refleksi perjalanan pencarian jati diri sejati. Album ini terinspirasi dari karakter Panji Asmarabangun, yang memiliki kisah mendalam tentang perjumpaan, perpisahan, dan pertemuan kembali.
Album bertajuk "Sesaji Cinta Untuk Semesta" ini resmi dirilis pada 13 Februari 2025 di berbagai platform musik digital. Inspirasi utama album ini berasal dari peninggalan sejarah nenek moyang, khususnya Candi Jago, yang memiliki relief tentang pertemuan musisi dari berbagai latar belakang dengan alat musik berbeda untuk upacara pemujaan kepada Dewa. Album ini berisi 9 lagu yang tidak terikat pada satu genre tertentu, namun memiliki keterkaitan jika didengarkan sesuai urutan.
Budi, seorang gitaris, komposer, arranger, dan produser musik lepas yang telah berkolaborasi dengan musisi dalam dan luar negeri, bertemu dengan Lukman, seorang perupa yang memiliki ketertarikan dalam menulis lagu dan lirik. Keduanya sepakat untuk berkarya dengan landasan Spirit of Panji, yang bukan sekadar tentang mereka, tetapi tentang membawa kebaikan bagi alam semesta dan seisinya.
Album ini tidak hanya sekadar musik, tetapi juga menjadi medium berbagi melalui lirik dan getaran frekuensi 432 Hz. Dengan harapan bahwa musik ini dapat menjadi berkah dan cahaya bagi para pendengar, album "Sesaji Cinta Untuk Semesta" mengajak pendengar untuk bersatu dengan getaran semesta dan menemukan jati diri sejati mereka, terbebas dari ilusi dunia.
Malang, 2024